Sunday, November 24, 2013

SAYONARA MAJUSI

Mereka bilang aku plintat plintut alias tidak punya pendirian,mungkin ada benarnya juga. Karena dalam perjalanan hidupku aku dilahirkan sebagai MAJUSI ketika menanjak remaja aku melangkah bersama NASRANI dan saat merambah dewasa sampai akhir hayatku aku melebur dan melabur diriku secara ISLAMI.

Bukan tanpa alasan,itu bisa terjadi karena aku diciptakan Allah sebagai rasionalis. Aku mungkin bisa jadi fanatik,tetapi aku menolak fanatisme. Ayahku sangat menyayangiku tetapi sayangnya overproteksi sehingga aku diperlakukan sebagai gadis pingitan. Hatiku memberontak karena aku kehilangan kemerdekaanku. Kebetulan ayahku seorang kepala desa(dihqan sebutan dinegeriku) dan kaya tetapi bukan karena rasuah,dia memang manusia kreatif dan produktif mampu memenuhi kebuthan lahiriahku tetapi menzalimi nuraniku dengan merampas kemerdekaanku. Tugasku mempertahankan nyala api sebagai sembahan ummat Majusi agar tidak padam sepanjang masa.

Fanatisme seperti ini yang tidak jelas juntrungnya membuat kejenuhanku kian memuncak keubun ubunku. Entah mengapa mungkin Tuhan membuka jalan buatku lewat skenario awal sayonara buat Majusi. Ayahku merasa kurang fit kesehatannya dia minta aku untuk melanjutkan perkerjaannya dikebun kami yang lumayan jauh dari rumah kami. Dalm perjalanan menuju kebun telingaku tiba tiba mendengar nyanyian indah sekelompok anak manusia yang sedang khusuk beribadah disebuah gereja, Aku coba mencari tahu dengan bergegas melangkah kearah sana.. Kuberanikan diriku bertanya kepada jemaah darimana asal usul agama ini. Dari negeri Syam jawab salah seorang dari mereka. Aku terpesona dengan cara ibadah mereka sehingga aku bertahan bersama mereka sampai menjelang sang surya kembali kepraduannya. Dengan langkah gontai aku menuju keistana gersangku.

"Tiba tiba ayahku menegurku darimana saja kau tadi Rousbeh?" Itulah nama yang kumiliki sejak aku dilahirkan di desa Jiyan wilayah Aspahan ,Iran(Persia). "Aku tadi bersama ummat Nasrani digereja mereka, Ayah", sahutku. "Bagus benar cara ibadah mereka ,hatiku terketuk olehnya ayah", aku menambahkan.

"Apa kau bilang,kau mau jadi murtad,meninggalkan kepercayaan nenek moyangmu yang jauh lebih mulia dari agama apapun juga.?", sahut ayahku.

Aku disekap dirumah dan kedua kakiku dibelenggu ayahku. Selama aku disekap pikiranku menerawang kenegeri Syam,negeri asal agama mereka. Lagi lagi Tuhan membuat skenario baru untukku . Aku mendengar informasi dari teman dekatku ada rombongan ummat Nasrani yang akan berziarah kenegeri Syam. Aku berhasil melepaskan belenggu dikakiku dan aku pergi tanpa pamit kepada ayahku bergabung dengan rombongan menuju kenegeri Syam dan bertemu dengan uskup pemimpin gereja.Aku bermohon kepadanya agar dia mau menerimaku bersamanya sebagai muridnya sekaligus sebagai pelayan gereja.

Dengan izin Tuhan aku diterimanya dan aku bertekad jadi penganut Nasrani sejati dengan ucapan Sayonara buat Majusi. Eh,memang namanya hidup,ada saja yang mengusik ketenangan dan kedamaian dihatiku. Terungkap ketidak jujuran uskup yang menilap dana abadi para jamaah membuat kegelisahan  kembali meronta dihatiku tetapi aku tidak berani mengungkap fakta sebenarnya. Aku teringat ungkapan :Dont say Yes if you want to say No. Pada saat beliau menemui ajalnya.kuberanikan diriku memblejeti fakta yang sebenarnya. Jemaah menuntutku agar aku menunjukkan bukti buktinya.  Aku tunjukan simpanan tujuh guci berisi emas yang tidak didistribusikan ke yang berhak.  Penguburannyapun digagalkan si uskup disalib dan dilempar batu. Langsung dilakukan penunjukan uskup baru,ternyata yang terpilih sangat simpatik,jujur kepedulian sosialnya tinggi.  Kehadirannya bener benar mengusir kegalauan dihatiku,dan mulai saat itu galau ngak la yau.

Waktupun beringsut berlalu guru yang kudambakan terpaksa berpisah denganku karena dipanggil penciptanya. Dia sempat berwasiat pergilah engkau ke Mosul temui si Anu orangnya taat,jujur dan terbuka tinggallah engkau bersamanya. Demikianlah kisah hidupku kian bergulir direkayasa Allah dengan adegan yang sama baik di Nasibin maupun di Amuriyah. Kebetulan di Amuriyah kehidupanku lumayan dengan memiliki beberapa ekor sapi dan kambing dan harta secukupnya.

 Dalam wasiat terakhir guruku di Amuriyah luar biasa menakjubkanku yang belum pernah kudengar seumur hidupku. Hai anakku sejujurnya aku belum pernah menemukan sosok yang mengagumkan dijagat raya ini,dialah yang akan membawa agama Nabi Ibrahim ditanah Arab yang berhijrah dari tempat tumpah darahnya kedaerah diantara dua gunung yang penuh pohon kurma. Pada dirinya ada tanda kenabian,mau menerima hadiah tetapi tidak mau menerima sedekah dan diantara dua bahunya ditemui cap kenabian. Rasanya tidak sabar aku menunggunya untuk berlari menemuinya.

Tatkala kafilah pedagang dari suku Kalb-Arab melintas di Amuriyah aku menghampirinya dan berkata kepada mereka :Jika kalian bersedia membawaku ke Arab akan kuhadiahkan semua sapi dan kambing maupun hartaku  buat kalian. Mereka spontan menjawab kami siap dan kami jamin tuan akan sampai disana. Bagiku tidak ada artinya harta dan nyawaku yang kebetulan melekat pada diriku dibandingkan bisa melihat wajah nabi yang kudambakan. Tetapi impianku belum menjadi kenyataan,setibanya di Wadi quro mereka menipuku, memukul dan menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi.

 Pada babakselanjutnya Allah mengirim seorang Bani Quraizah membeli dan membawaku ke Yastrib(Madinah). Sebagai budak aku dipekerjakan merawat kebun kurma tuanku demikian sibuknya sehingga aku tidak mendengar sama sekali bahwa Nabi saw sedang gencar berdakwah di Mekah. Tetapi karena Allah berkehendak,tak lama kemudian Nabi saw hijrah ke Madinah yang memicu kegoncangan sekelompok penghuni Madinah.

 Saat aku berada diatas pohon kurma,sementara tuanku sedang duduk santai dibawah pohon datanglah terbirit birit saudaranya menghampirinya sambil berteriak ,Celaka besar atas bani Qilah,mereka sedang berkumpul di Kuba,menanti kedatangan seorang yang mengaku Nabi. Teriakan itu menegakkan bulu romaku,gemetar seluruh tubuhku,menyulut pikiranku akankah aku menatap wajah dambaanku setelah menempuh jalan yang penuh onak dan duri kehidupan.

 Aku segera turun dan langsung menanyakan berita itu kepada tamu tuanku. Apa yang baru saja anda katakan tolong ulangi sekali lagi kepadaku,wahai tuan yang terhormat. Tuanku marah besar,sambil membentakku .ini bukan urusanmu budak keparat. Dia memukulku dan meyuruhku kembali kepekerjaanku. Dengan menggerutu penuh kejengkelan aku kembali keperkejaan rutinku,hatiku bergolak aku harus bisa menemui Nabi saw dengan cara apa saja,karena tidak bisa adalah salah satu kata yang hanya dijumpai dalam kamus orang gila.

 Sore harinya secara sembunyi aku melangkah dengan bingkisan sebungkus kurma menemui sang Nabi saw sambil mengucapkan salam aku memperkenalkan diriku sambil memberikan sedekah kurma buat beliau dan para sahabatnya. Beliau terima dan berterima kasi kepadaku sambil mempersilakan para sahabat memakannya, tetapi beliau jangankan memakannya,menyentuhnyapun tidak. Dalam hatiku berbisik,benar beliau memang MENOLAK SEDEKAH.

 Kemudian aku pulang dan sambil mengambil sedikit kurma kembali menemui beliau.sambil mengatakan terimalah bingkisan ini sebagai HADIAH penghormatan dari hamba Allah. Dengan senyum merekah beliau menerimanya dan langsung memakannya bersama sahabatnya.

 Semakin berbunga bunga hatiku karena aku semakin yakin inilah dia Nabi yang kurindukan. Waktu beliau sedang berada di Baqi Gargad memimpin upacara penguburan sahabat beliau, aku ucapkan salam pada beliau sambil mengelilingi dirinya dengan harapan aku bisa melihat tanda kenabian dipundaknya.Sepertinya beliau mengerti apa yang ada dalam otakku.beliau langsung menarik kain burdah yang menutup pundaknya dan terungkaplah ada TANDA yang kukhayalkan membangkitkan keyakinanku dua ribu persen pasti  beliaulah nabi terakhir itu.

 Tanpa ragu ragu aku peluk dan cium beliau sejadi jadinya sambil menangis terisak isak. Beliau merespons,apa gerangan yang sedang merasuk hatimu hai hamba Allah? Aku uraikan kisah perjalanan hidupku sampai bisa bertemu dan bertamu kepada beliau. Dia minta aku bercerita ulang dihadapan para sahabat beliau dan kemudian aku dibaiat jadi muslim sejati dan sejak saat itu aku ucapkan SAYONARA WAHAI MAJUSI dan NASRANI. Oh ya aku hampir lupa memperkenalkan siapa diriku mulai dari Roubeh nama kecilku , Abi Abdullah para sahabat memanggilku dan Salman al Farisi dunia mengenalku.

Pic taken from: http://khalifahalhidayah.blogspot.com
Disusun oleh :ALS

2 comments:

  1. Subhan Allah kisah yang sangat luar biasa. Betapa beruntungnya mereka yg mendapat hidayah dari Mu ya Allah. semoga kami selalu dalam petunjukMu jua.

    ReplyDelete
  2. Wiwin: Iya, tidak semua orang bisa mendapatkan manisnya keimanan. InnaAllaha yahdi mayyasak... Allah memberikan hidayah bagi siapa yang Ia kehendaki :)

    ReplyDelete