Tuesday, November 26, 2013

CINTA TIDAK HARUS MEMILIKI


Kembang bani Laits yang sedang mekar indah harum semerbak mempesona gerombolan kumbang dari Madinah. Aku termasuk salah seekor kumbang yang terengah engah memburu ingin menyentuhnya. Duri yang mengungkungnya membuat sebagian para kumbang kehilangan nyali mendekatinya.

Satu ungkapan yang membenam dalam memoriku ,CINTA laksana benang benang emas begitu indah menali,tetapi penuh duri dan akan terasa pedih ketika tertusuk olehnya. Apakah mungkin aku mampu berkompetisi dengan para kumbang asli dari Madinah yang cukup makan garam dalam menyibak onak dan duri dinegerinya sendiri sementara aku hanya lah perantau dari Persi.

Untung aku punya sahabat kental yang lebih intim dari saudara kandung sendiri hasil prakarsa Rosulullah sejak kakiku menjejak bumi Madinah. Ukhuwah Islamiyah yang terpateri disanubari kami membuat belahan hati kami menyatu, kebahagiannyanya adalah kebahagianku dan kepedihan hatinya adalah kepedihan hatiku juga.

La yu"minu ahadukum,hatta yuhibbu liakhihi ma yuhibbu linafsihi,tidak beriman masing masing kamu sebelum mengasihi saudaranya sebagaimana dia mengasihi dirinya sendiri.(HR.Bukhari). Konsep Rosulullah ini sebagai alat pemersatu antara aku sebagai orang Persia dan Abu Darda sebagai Arabiah yang akhirnya melanglang buana keseluruh penjuru dunia. Kuungkapkan harapan yang tersembunyi dalam bilik kalbuku,berhasrat mendampingi gadis soleha kembang indah sejuk dipandang mata,yang sedang mekar di Madinah, Sudilah kiranya sahabatku nengulurkan tangannya memapahku yang buta bagaimana caranya dan kemana harus melangkah.

Aku kurang PD alias kurang percaya diri walaupun posturku kekar,tinggi,putih dengan rambutku lebat sampai kebahu, sulit rasanya mencari anak dara yang tidak terkesima melirikku. Sahabatku berteriak,Subhanallah Alhamdulillah,akulah manusia paling bahagia dibumi Allah ini mendengar berita ini. Sahabatku langsung mengatur strategi dan waktu untuk mewujudkan dambaanku.

Sebagai jurubicara yang tangguh dihadapan sepasang manusia melahirkan,merawat dan mendidik sang bidadari bermata biru laksana bintang kejora,pipinya laksana pauh dilayang,hidungnya bak dasun tunggal dan rambutnya bak mayang terurai,menyampaikan niat kehadiran kami dengan tata krama yang sopan dan cukup mengesankan.

Sahabatku memperkenalkan diriku yang sedang duduk bersimpuh dengan berbagai predikat yang mendulang marwahku. Dengan serius dia berucap saudara saya ini biasa kami panggil Abi Abdillah,Rosul menyebut Ahlu Bait,pejuang Islam sejati,pemburu hidayah dari Persia,berniat melamar putri bapak. Tuan rumah menyambut : Kami merasa tersanjung atas kunjungan para sahabat Rosul yang mulia,mohon maaf atas penerimaan kami yang tidak pada tempatnya. Dengan segala senang hati kami mendengar niat salah seorang sahabar Rosul yang tercinta, yang berkenan melamar putri kami dengan segala kekurangannya.

Kami pernah mendengar Rosul menasihati,serahkan pada putrimu memilih siapa yang paling dia senangi menjadi pendamping hidupnya. Kami mohon kesabaran para sahabat menunggu keputusan putri kami. Dalam penantian jawaban dari balik hijab,debaran jantung menyempitkan dada,kegelisahanpun menyelinap kerelung kalbu kedua insan seolah olah pesakitan menunggu hentakan palu dimeja juri.

Tanda tanyapun sirna dengan kemunculan sang bunda dari balik hijab dengan suara lembut keibuan menyampaikan sikap putrinya.: Mohon maaf setinggi tingginya atas keterbukaan kami,dengan berlindung kepada Allah mungkin kami keliru melangkah,bahwa putri kami belum berkenan memenuhi harapan Abi Abdillah sebagai pendamping hidupnya.

Namun demikian andai kata tuan Abu Darda berkenan menjadi pendamping hidup putri kami,dengan segala kerendahan hati putri kami mendambakannya. Bagaikan halilintar membelah jagat,menyambar kedua pemeran drama tragis ini. Tetapi Abi Abdillah memang pahlawan sejati,bukan hanya mampu memukul mundur pasukan Abu Sofyan yang mengepung Madinah,tetapi juga mampu meredam emosi yang membuncah dilanda kecewa. Dengan teriakan Allahuakbar Subhanallah, Abu Darda memang teman sejatiku,wanita soleha itu lebih pantas untuknya.

Wahai Abu Darda, kuserahkan seluruh mahar dan perlengkapan yang kupersiapkan untuk bulan maduku,terimalah dia sebagai permaisurimu,dan aku siap akan menjadi saksi pernikahan kalian. Abi Abdilah alias Salman al Farisi,memang bertepuk sebelah tangan,bunga yang akan dihadiahkannya terlanjur layu,tetapi dia sangat yakin Allah punya rencana yang lebih baik buat dirinya.

Sifat qana"ah yang bersemayam dalam dirinya.berprasangka baik terhadap putusan Allah merupakan kunci kebahagiaan dunia akhirat. Tampangnya gagah perkasa,lautan ilmu tak pernah kering,seluruh isi injil dan quran dikuasainya,pemerkasa strategi perang Khandaq,dermawan menyerahkan seluruh  gajinya tanpa sisa dibawa pulang, merasa paling kaya padahal hanya ada waskom  dan periuk disaat malaikat maut menjeput dirumahnya tidak bisa menjamin setiap gadis akan lunglai kepangkuannya.

 Perhatikanlah Abu Bakar dan Umar bin Khatab ditolak halus tatkala melamar  Fatimah sementara Ali bin Abi Thalib dapat melembutkan hatinya luluh dan  jatuh terkulai dalam pelukannya.  Begitulah cinta,kata orang cinta itu rasa,tidak pernah berwujud namun hadirnya  terasa menyentuh. Cinta itu suci tidak tersaingi ,tidak ternodai karena ia murni,lahir dari lubuk hati. Kadang cinta itu begitu mengharukan,siapun bisa pilu dan menangis karenaya hingga habis air mata.

Bila salah melangkah cinta itu adalah gila,melupakan apa saja ,bahkan meninggalkan segalanya. Itulah rahasia cinta tetapi CINTA TIDAK HARUS MEMILIKI.

* Disadur oleh: ALS(Abdul Lian Siregar)

2 comments:

  1. cintailah seseorang setelah halal dimiliki:) cintailah dia krn Allah. Insya Allah bahagia dunia akhirat.

    ReplyDelete
  2. setuju ummu Tazakka Abqariy.Good writing daddy.

    ReplyDelete