Sunday, January 12, 2014

MENGHITUNG HARI



Hampir 70 tahun laki laki renta itu merayap dikolong langit ini, masih mampu melangkah sempurna persis masa mudanya.Dengan busana yang necis ,corak yang harmonis dan penampilan yang klimis kelihatan orangnya begitu optimis. Sepatu sandalnya yang spesifik membuat para murid muridnya bukan hanya mengenal dirinya tetapi juga sepatunya. Sekali waktu dia kehilangan sepatunya sehabis sholat Zuhur karena terseret tanpa sengaja oleh para jemaah,ditemukan muridnya tersembunyi dilokasi tak jauh dari lokasi semula.Dia heran kok sampai sepatu pribadinyapun dikenal muridnya,begitu perhatiankah mereka pada diriku? 
 
Didalam tubuhnya yang kelihatan masih kekar itu,bersemayam beberapa penyakit systemik kronis tetapi tidak mengerogoti eksistensinya.Apa yang membuat dia berdamai dengan penyakit yang sudah menahun dalam dirinya sementara istrinya sempat terkapar dan beberapa sahabatnya digusur keliang kubur oleh penyakit yang sama. 
 
Mungkin Allah masih mengabulkan doa pamungkasnya yang tetap istiqamah dipanjatkanya setiap selesai sholat fardhu,sunat tahajud dan dhuha;Allahumma innanas aluka ilmanan nafian waridzkan wassi"an wa syifaain minkulli da"in wasyaqaamin birahmatikayaarhamarraahimina.
Ya Allah kucurkanlah ilmu yang bermanfaat,rezeki yang lapang dan sembuhkanlah aku dari semua penyakit yang memberatkan dan limpahkanlah rahmatmu yang penuh kasih sayang.
 
Kalau Rasul yang dijamin masuk surga saja beristighfar tujuh puluh kali setiap hari apalagi manusia penuh dosa seperti dia wajarlah beristighfar seratus kali atau lebih. Bukankah mereka yang beristghfar akan diberi Allah lebih banyak dari yang dimintanya?Tetapi Ali bin Abi Thalib berucap bahwa istighfar tidak punya nilai tanpa disikapi menyesali dosa dosanya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi serta meningkatkan kualitas iman dan ilmunya apalagi kepekaan sosialnya.

Yang paling menarik tidak tampak uban memutih membalut rambutnya karena rambutnya secara konsistent disemir hitam. Ketika ditanya kenapa begitu,jawabannya karena Rasul bersabda: Sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani tidak mau menyemir rambutnya karena takut akan mengurangi ta"abudi(beribadahnya),karena itu berbedalah kamu dengan mereka yang bangga dengan rambut putihnya.(HR.Bukhari). Rasul juga bersabda:Orang orang yang menyerupai suatu kaum ia seolah olah bagian dari kaum tersebut.(HR.Abu Daud).

Ketika disodorkan hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Mughni:Saat Abu Bakar as membawa ayahnya,Abu Quhafah yang rambutnya putih seperti kapas kepada Rasul,maka Rasul bersabda: Ubahlah rambut putih ini tetapi jangan warna hitam. Dia spontan menjawab: Kalau warna merah atau kuning bukankah seperti remaja jalanan? Ketika diingatkan Ibnu Umar ra berkata: Warna kekuningan untuk mukmin,kemerahan warna muslim dan hitam warna kuffar. (HR.Thabrani,Al Haitami).

Dia menepis dengan dalil,bukankah Rasul pernah bersabda: Sebaik baik warna yang engkau gunakan adalah warna hitam,ini lebih disenangi istri istri kamu dan lebih dapat menakutkan musuh .(HR.Ibnu Majah). Bukankah hadist yang bapak ucapkan tergolong dhoif? Pernah bapak mendengar Rasul bersabda: Jangan engkau mencabut ubanmu sebab uban itu merupakan cahaya seorang muslim pada hari kiamat (dari Amr bin Syuaib). Dia menepis lagi, bukankah ulama salaf seperti Saad bin Abi Waqash,Uqbah bin Amri,Jarir dan Az Zuhri  semuanya menghitamkan rambutnya. Yang penting adalah niat kita dan menyenangkan istri kita.
 
Karena masaalah khilafiyah lebih baik kita bahas sisa hidup kita harus bagaimana. Harus kita sadari bahwa umur 60 tahun adalah babak umur misteri. Ingatlah Rasul wafat umur 63 tahun dan para sahabat dekatnya tidak ada yang wafat melewati usia 70 tahun artinya apa,ya untuk menyadarkan kita bahwa mulai umur 60 tahun kita tinggal menghitung hari untuk menghadap kembali kepada Allah yang memiliki diri kita.
 
Bila usia mencapai 70 tahun seperti saya,artinya saya telah mendapat bonus perpanjangan usia tujuh tahun agar dimanfaatkan sebaik baiknya untuk menghapus dosa dan mengumpulkan kebaikan semaksimal mungkin sebagai investasi abadi. Kita akan mempertanggung jawabkan amanah yang dititipkan Nya kepada kita selama kita berkiprah dimuka bumi ini. Seorang ahli hikmah berkata:Sesungguhnya Allah swt menciptakan dunia ini tiga bagian: Sebagian untuk mukminin yang menyiapkan perbekalan ke akhirat,sebagian untuk orang munafik, yang menjadikan dunia ini sekedar perhiasan, dan sebagian untuk orang kafir yang dimanfaatkannya hanya untuk bersenang senang.
 
Sadarlah kita bahwa kita hanyalah laksana tukang parkir,bertugas menjaga titipan dengan harapan pemiliknya, akan diambil kembali dalam kondisi sempurna seperti semula. Kita akan memperoleh imbal jasa atas keselamatan titipannya, dan akan dituntut ganti rugi kalau ada kerusakan atau hilangnya titipannya. Jangan sampai lupa diri merasa memiliki, malah bangga dan angkuh dengan milik orang lain kalau tidak mau dikatakan orang gila. Ingatlah pada hakikatnya kita tidak memiliki apa apa termasuk diri kita sendiri semuanya titipan Allah.Semuanya kelak akan ditanya untuk apa kita manfaatkan amanah Allah itu dan bagaimana cara memanfaatkannya,apakah sudah sesuai dengan sunnatullah?
 
Walaupun mata kita dimanfaatkan untuk membaca firman Allah,namun bilamana jarak mata dan objek bacaan tidak sesuai sunnatullah dan dibawah cahaya yang buram,hasilnya akan terjadi penzaliman terhadap mata. Begitu juga makanan gorengan yang mengandung kholesterol jahat sebagai menu harian,akan terjadi penzaliman terhadap terhadap jantung dan otak. Apalagi merokok, bayangkan setiap batang rokok mengandung 4000 macam racun, bukan hanya merusak siperokok tetapi juga manusia disekitarnya yang tak sengaja menghirup asap rokok,masihkah pantas dihukumkan sekadar makruh?
 
Pada saat menghadap Allah akan diproses verbal sebab sebab kerusakan titipan Allah, Firman Allah dalam surat Al Qiyamah 36: Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Pemeliharaan amanah Allah akan menjamin keselamatan didunia dan akhirat dan kemampuan memelihara amanah membutuhkan ilmu. Tingkatan menuntut ilmu menurut Imam Al Gazali mulai berdiam diri, mendengar,mengingat,mengamalkan dan mengajarkan.

Sesudah menguasai ilmu diwajibkan untuk mengamalkan dan mengajarkan kepada orang lain dengan harapan bila ilmu itu diamalkan akan menjadi sedekah jariyah tatkala kita telah tiada. Rasul bersabda: Barang siapa mengamalkan apa apa yang ia ketahui maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya dan Allah akan menolong dia dengan amalannya sehingga ia mendapatkan surga.Barang siapa yang tidak mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya dan Allah tidak akan menolong dia dalam amalannya,sehingga ia akan menemukan neraka.
 
Tentang keutamaan ilmu,seorang Anshar bertanya kepada Rasul: Kalau ada tetangga meninggal bersamaan dengan majlis taqlim mana yang lebih diutamakan? Rasul menjawab: Jika telah ada yang mengurusi jenazahnya menghadiri majlis taqlim lebih baik daripada melayat seribu jenazah,bahkan lebih utama daripada mengunjungi seribu orang sakit,atau sholat seribu hari seribu malam,atau sedekah seribu dirham kepada simiskin,seribukali berhaji bahkan lebih utama daripada seribu kali berjuang dijalan Allah dengan jiwa dan hartamu. Ketika Ali bin Abi Thalib ditanya mana yang lebin utama antara ilmu dan harta ,beliau menjawab: Ilmu akan menjagamu sedangkan harta engkau yang menjaganya. Pemilik harta musuhnya banyak sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.
 
Harta membuat hati seseorang menjadi keras sedangkan ilmu malah membuat hati bercahaya. Harta bila diberikan akan berkurang namun ilmu malah bertambah. Harta akan lapuk karena zaman namun ilmu akan tetap abadi. Harta itu pusaka Qarun atau Firaun sedang ilmu pusaka para nabi. Pepatah mengatakan: Iman tanpa ilmu sama dengan pelita ditangan bayi. Ilmu tanpa iman bagaikan pelita ditangan pencuri. Sementara Albert Einstein bicara: Agama tanpa ilmu buta dan ilmu tanpa agama lumpuh. Yang penting diingat, banyak orang tidak tahu bahwa dirinya sebenarnya tidak tahu.
Rasul bersabda : Manusia yang paling cerdik adalah yang terbanyak mengingat kematian serta paling banyak persiapannya untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah yang benar benar cerdik dan mereka akan pergi kealam baka dengan membawa kemuliaan dunia dan kemuliaan akhirat.(HR.Tirmidzi,Ibnu Maja ,Hakim).
Jangan kita pikirkan kapan kita mati,bagaimana dan dimana kita mati tetapi persiapkanlah bekal mati sebanyak banyaknya. Ingatlah dengan uban yang bertabur,pipi yang kendur,mata sudah kabur dan gigi sudah gugur semuanya itu adalah bisikan malaikat maut yang akan menyeret kita keliang kubur. Biasakanlah setiap detik waktu berlalu berzikirlah mengingat Allah meletakkan Cinta kepada Allah dilubuk hati yang paling dalam. Apa yang paling dicintai apa yang menjadi kerinduan siang dan malam maka itulah yang akan diingat oleh kita pada waktu nyawa sudah ditenggorok. Karena akal telah terbang,ingatan hilang,hati nurani hanya ditempati oleh apa yang paling dicintai.
 
Rasul pernah bersabda: Sebaik baik sikap pada waktu sakratul maut adalah mengingat Allah dengan ucapan La ilaha illallah. Bagaimana mungkin membisikkan ditelinga manusia yang sudah hilang ingatannya,beku akalnya,gelisah karena kesakitan seolah olah ditusuk 300 pedang,kalimat La ilaha Illallah bisa menjadi ucapan diakhir hidupnya. Walaupun Rasul bersabda: Talkinkanlah olehmu orang yang sedang sakratul maut itu,dengan mengucapkan La ilaha Illallah .Orang yang mengakhiri perkataannya dengan kalimah syahadat maka dia akan dimasukkan kedalam surga. Umar bin Khatab juga berucap: Ucapkanlah kepada mereka yang sedang dalam sakratul maut itu La ilaha illallah .Mereka itu melihat apa apa yang tidak terlihat olehmu.
Tanpa kita sadari kita telah menghamburkan modal yang berharga yang kita miliki yaitu usia.
Kita menangis tatkala harta kita hilang sementara kita berpesta pora pada waktu ultah padahal usia kita telah berkurang. Padahal Rasul bersabda: Kemuliaan umur dan waktu lebih berharga dibandingkan kemuliaan harta. Ingatlah waktu adalah pedang dia akan menebas kita kalau kita sia siakan. Kita habiskan waktu kita untuk kesenangan sesaat sementara kita abaikan kesenangan abadi sudah gilakah kita?
 
Firman Allah dalam surat Al Mukminun 115: Apakah kamu sekalian mengira bahwa kami menciptakan kalian sia sia, kepada kami kalian tidak dikembalikan.? Tidakkah pernah kamu meneteskan airmata ketika matahari mulai terbenam dimana umur berkurang tetapi amal shalehmu semakin jarang. Disaat engkau menghitung hari,ingatlah nasihat Umar bin Kathab :
Hitunglah dirimu sebelum dihitung dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang.
 
Masihkah kegelisahan terus memburu hidupmu,artinya engkau sangat mencintai apa yang kau miliki bukan memanfaatkan apa yang kau miliki untuk meraih ridha Ilahi. Kemerdekaanmu telah dirampas dan kau jadi budak dunia ini yang seharusnya kau genggam ditanganmu malahan kau elus elus dihatimu. Bila bonus yang dihadiahkan Allah ini engkau sia siakan saya ucapkan sayonara selamat menikmati rumah kontrakmu dineraka yang bernyala nyala. Dari tadi kami terpesona dengan tausiah sikakek tua ini mulai beranjak dari cerita UBAN sampai ditutup dengan ceritra hitung hitungan,mohon maaf kek kami harus pulang ke Caruban.


Disusun oleh :ALS    12 Januari 2014

3 comments:

  1. jazakallah jaddi untuk tausiyahnya yang sangat menyentuh kalbu. semoga kita termasuk golongan yang memahami dari mana kita berasal, akan kemana tujuan kita dan apa yang kita perbuat selama hayat di kandung badan.

    ReplyDelete
  2. Terimakasih daddy yang telah dan selalu mengajarkan falsafah hidup mulia dan sederhana namun implementatif. Baarakallahu fiikum.

    ReplyDelete
  3. Daddy sosok yang sederhana. Mungkin daddy dokter anesthesi yang paling sederhana. Disaat orang sibuk mengoleksi barang mewah, Daddy tidak terusik dan ikut ikutan. Kami bangga punya daddy yang sederhana dan bersahaja.

    ReplyDelete