Tuesday, June 3, 2014

TAHLIL ATAU TAHLILAN


Tasbih ungkapan Subhanallah,tahmid ungkapan Alhamdulillah,takbir ungkapan Allahuakbar dan tahlil adalah ungkapan Laa ilaha illallah. Dianjurkan dibaca sesudah salam setiap sholat ditambah shalawat nabi saw sebelum berdoa. Memperbanyak membaca tahlil termasuk amal ibadah yang sangat baik.

Rasul bersabda:Barang siapa membaca laa ilaha illallhu wahdahula la syarikalahu lahulmulku walahul hamdu wahua alaa kullii syaiinqadiir seratus kali,sama dengan memerdekakan sepuluh hamba sahaya,dicatat baginya seratus kebaikan,dihapus daripadanya seratus keburukan dan lafal jalalah tersebut baginya menjadi perisai bagi syaitan selama satu hari hingga waktu petang dan barang siapa yang mengucapkan subhanallahu wabihamdihi dalam sehari seratus kali maka dihapus kesalahannya walaupun seperti buih dilaut.(HR:Muslim).

Tahlilan atau Yasinan adalah tradisi membaca surat Yasin dan kalimah Tahlil pada hari hari tertentu sesudah kematian seseorang dibuka dengan rangkaian bacaan alFathiha,surat al Ikhlas,alFalak,an Nas,al Baqarah ayat 1-5,wa ila hukum ilaahuw waahid laa ilaha illa huwar-rahmanur rahiim,.ayatul Kursii dan seterusnya ditutup dengan allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa tudhlanaa ba"dahu birahmatika ya arhamar rahimiina walhamdulillahi rabbil "aalamiina.

Dasar pemikirannya adalah :Dari Ma"qil bin Yasir dia berkata;Nabi bersabda:
Iqra uw "ala mautaakum,Bacakan surat Yasin atas orang yang mati diantara kalian.
Laqqinuw mautaakum la ilaa illallahu,Talkinkan kalimat la ilaha illallah kepada orang yang mati diantara kalian (HR:Abu Dawud).

Namun sebagian ulama menafsirkan kata mauta sebagai orang yang hampir mati(sakratul maut) bukan orang yang sudah mati (mayit).
Alasannya bagi orang hampir mati bila bisa mmengucapkan la ilaha illallah diakhir hayatnya pastilah masuk kesurga,fa innahu kaana akhiru kaalamihi laa ilaha illallahu "indal mauti dakhalal jannata.
Menurut ulama yang berpendapat bahwa kata mauta adalah mayit, maka pahala bacaan tahlil yang dihadiahkan kepada almarhum
Ulama juga berbeda pendapat hadiah pahala bacaan yang dikirim untuk mayit.
Imam Ahmad,Abu Hanifah dan sebagian pengikut Imam Syafei mengatakan pahala sampai ke mayit dengan izin Allah dalilnya hadist nabi:
Dari Anas bahwa Rasul saw bersabda:
Barang siapa memasuki pekuburan dan membaca surat Yasin niscaya Allah memberikan keringanan untuk ahli kubur dan dia mendapat hasanah sebanyak orang mati yang ada disana.
Dari Abu Hurairah dia berkata,Rasulullah bersabda:
Barangsiapa memasuki pekuburan lalu membaca surat al Fatihah,Qul huwallahu Ahad dan alhakumut takatsur,lalu dia berdoa;Sesungguhnya aku memberikan pahala Kalam Mu yang telah aku baca kepada penghuni pekuburan ini dari kalangan mukminin dan mukminat niscaya mereka semua akan menjadi pemohon syafaat kepada Allah taala untuknya.
Dari Ali secara marfu" bahwa Rasulullah bersabda:
Barang siapa melewati pekuburan dan membaca Qulhuwallahu Ahad sebelas kali lalu dia menghibahkan pahalanya untuk orang orang mati yang ada disitu niscaya diberi sesuai dengan jumlah orang mati diditu.
Walaupun semua hadist diatas dhaif tetap saja dipertahankan bisa dipakai sebagai acuan padahal hadist yang pasti sahih saja masih menemui perbedaan dalam penafsiran.
Sedangkan Imam Malik dan Imam Syafii sendiri merupakan pendapat yang masyhur bahwa pahala yang dikirim tidak akan sampai kemayit.
Imam Suyuthi salah satu ulama dari dari madzhab Syafi"i menyatakan:
Karena menurut ketetapan dalam madzhab kami,Syafi"iyah bahwa pahala membaca al quran adalah untuk pembacanya bukan untuk yang dikirimi bacaan.
Dasar pemikirannya adalah firman Allah dalam surat al Baqarah 286:
Dan seseorang itu tidak akan memperoleh melainkan pahala dari amalannya sendiri,
Laha makasabat wa alaiha maktsabat,baginya pahala atas apa kebaikan yang diusahakanya dan atasnya siksaan atas apa kejahatan yang diusahakannya.
Perhatikan juga firman Allah dalam surat al Fathir 18,az Zumar 7,an Am 161,al Isra 15,an Najm38,
Walataziru waa ziratun ukhra,dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Rasul bersabda:Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus segala amalnya kecuali tiga yaitu sedekah jariyah,ilmu yang diajarkan dan doa anak yang shaleh.(HR:Muslim)
Menurut Abdul Muhsin penulis kitab Syarh Sunan Abi Daud tidak ditemukan satu petunjukpun sebagai alasan dibenarkan membaca alQuran bagi orang yang sudah mati dikuburan apalagi hadist hadist yang dijadikan dalil tidak sahih.
Pada waktu Ja"far bin Abi Thalib syahid dalam medan perang Rasul meminta para sahabat menyiapkan makanan bagi keluarga Ja"far karena mereka ditimpa kesedihan (HR:Abu Dawud).
Tak ada tuntunan dari Rasulullah mengenai upacara hajatan sesudah kematian.
Rasul menganjurkan memberi tanda kubur agar tahu siapa yang dikubur,dan mendoakan atau memohonkan ampun kepada Allah.(HR:Abu Dawud) dan berziarah kekubur.(HR:Muslim).
Pada saat Rasul ditanya sedekah apa yang terbaik yang dikirimkan kepada sang ibu yang telah meninggal ?Rasul menjawab :Air untuk mereka yang sangat langka air(sumur atau irigasi).
Imam Syafei dalam kitab al Umm berkata:
Dan aku membenci al ma"tam yaitu prosesi berkumpul ditempat keluarga mayat walaupun tanpa tangisan karena hal itu akan menambah kesedihan dan membutuhkan dana padahal beban kesedihan masih melekat.
Jabir bin Abdullah al Bajali berkata:
Kami para sahabat menganggap kegiatan berkumpul dirumah keluarga mayat serta menghidangkan makanan oleh mereka merupakan bagian dari Riyahah(meratapi mayat).
Apalagi tahlilan dikaitkan dengan bilangan hari sesudah kematian sangat menyerupai upacara kepercayaan Hindu,Budha atau Animisme yang beranggapan kalau seorang meninggal dunia maka ruhnya akan datang kerumahnya pada malam hari untuk mengunjungi keluarganya.
Sekiranya dirumah tidak ada yang berkumpul malam pertama,ketiga,ketujuh,keempat puluh keseratus dan keseribu hari setelah kematian mengadakan upacara sesaji dengan pembacaan mantera maka ruh akan memasuki jasad anggota keluarga alias kesurupan..
Dalam tahlilan sesaji diganti dengan nasi dan lauk pauk sedangkan mantera diganti dengan zikir dan membaca ayat qur"an seperti alfatihah,ayatul kursii,yasin dan sebagainya,
Pada saat kongres penganut agama Hindu se Asia tahun 2006 di Lumajang Jatim salah satu hal yang disampaikan adalah ungkapan rasa syukur luar biasa kepada Tuhan mereka,karena ajaran agama mereka yang disebut geblak yakni peringatan hari kematian pada hari pertama,kedua,ketiga,ketujuh,keempat puluh,keseratus dan keseribu hari,untuk kemaslahatan ummat manusia diamalkan oleh sebagian ummat Islam.
Ingatlah pesan Rasul saw:Barang siapa menyerupai suatu kaum maka mereka termasuk golongan kaum tersebut (HR:AbuDawud.
Janganlah kamu bertasyabuh bil kuffar,meniru niru upacara orang kafir.
Allah berfirman dalam surat al Isra ayat 36:
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui tentangnya.Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati kamu semuanya akan diminta pertanggung jawabannya.
Sunan Ampel mengingatkan Sunan Kalijaga yang masih melestarikan selamatan tersebut :
Jangan ditiru perbuatan seperti itu karena termasuk bid"ah.
Sunan Kalijaga menjawab:
Biarlah,nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam dihati masyarakat maka budaya tahlilan akan hilang dengan sendirinya.
SunanKalijaga(RadenSyahid),SunanBonang(MakdumIbrahim),SunanKudus(Ja"farShadiq),Sunan Gunung Jati(Syarif Hidayatullah) dan SunanMuria(RadenPrawoto) adalah kaum abangan sedangkan Sunan Ampel(Raden Rahmat),SunanGiri(Raden Paku) dan SunanDrajat(RadenKasim) adalah kaum putihan.
SunanKalijaga,adalah satu satunya wali asli pribumi(Jawa)  mengusulkan,agar adat istiadat lama seperti selamatan,bersaji,wayang dan gamelan dimasuki rasa ke ISLAMAN, sementara Sunan Ampel beranggapan jangan jangan adat istiadat dan upacara kuno dianggap masyarakat sebagai ajaran Islam.
Sultan Agung menyadari jika ajaran Islam yang rasionalis dan realistis disebarkan di Pulau Jawa ajaran itu pasti tidak laku maka diatur strategi agar orang Jawa tidak lari ke Hindu,Budha atau ajaran nenek moyangnya dengan mengadopsi unsur sinkretisme dan mistisisme sehingga orang Jawa tak merasa asing dengan Islam dan santai dengan agama baru yang dipeluknya.
Inilah yang terjadi sekarang disaat parawali telah tiada tanpa pembentukan kader yang matang dalam memperkenal Islam yang sejati terjadi alkulturasi agama Hindu dan Islam sehingga sulit membedakan warna Islam dan Hindu yang sebenarnya.
Dalam perjalanan sejarah walisongo yang  sering muncul kisah kisah Walisongo versi Jawa adalah berbau kejawen,abangan ;kebatinan dan takhyul dan khurafat.
Padahal ini bukan kesalahan Walisongo dan bukan ajaran Walisongo tetapi adalah otaknya ahli syirik,jururamal,bid"ah dan khurafat memutar balikkan riwayat Walisongo lihatlah ziarah yang dianjurkan Rasul agar mengingat mati malah dijadikan ajang kemusyrikan untuk mengalap berkah kemakam Walisongo.
Yang terakhir tetapi tidak kalah pentingnya bahwa Mukatamar NU pertama di Surabaya tanggal 21 Oktober 1926 mencantumkan pendapat Ibnu Hajar al Haitami menyatakan bahwa selamatan kematian adalah bid"ah yang hina namun tak sampai diharamkan dan merujuk juga kepada Kitab lanatut Thalibin.

Dikutip dan disusun oleh ALS  Semarang 1 Juni 2014.



0 comments:

Post a Comment