Oh mamaku sayang apa yang pantas kuberikan
buatmu di usiamu yang renta ini. Tidak mungkin aku membalas jasamu meskipun
kupasrahkan seluruh isi bumi dan langit untukmu. Ampunilah anak bungsumu ini
karena selalu meresahkanmu, tidak mungkin Allah ridha kepadaku sepanjang engkau
tidak ridha kepadaku. Aku bersumpah tidak akan menikah sampai wanita yang
engkau restui hadir kehadapanku. Ya Allah kumpulkanlah kami anak anaknya
bersama kedua orang tua kami di jannatun na"im.
Sebagai anak bungsu aku sangat dimanjakan
kedua orang tuaku sehingga rasa tidak percaya diri cukup menghantuiku membuat
mamaku dan kakakku terpaksa menunggui aku selama di TK. Aku akui bahwa aku
tidak secerdas kakak-kakakku untunglah daddyku selalu mendampingiku sewaktu
belajar di rumah sehingga aku bisa mulus menyelesaikan studiku sampai SMP. Daddy ku
bahagia melihat semangat belajarku walaupun dengan IQ pas-pasan. Walaupun daddyku
kadang kadang agak keras namun tidak meluruhkan nyaliku. Dorongan semangat dari
daddyku bahwa kesuksesan seseorang bukan karena IQnya yang tinggi tetapi
semangat dan kerja keras serta percaya diri bahwa dia harus bisa.
Napoleon pernah berkata: "Tidak bisa adalah
salah satu kata dalam kamus orang gila."
Lihatlah Thomas Alpha Edidon rapornya
biasa-biasa saja tetapi penemuannya membuat terang benderang jagat raya ini.
Memang daddyku adalah idolaku kemana dia menyetir mobilnya aku selalu
di sisinya. Aku tidak pernah meminta apapun walau aku ingin tetapi dia selalu
tahu isi hatiku. Aku sangat mengaguminya terutama ketika berdakwah dengan gaya
bicaranya yang khas. Di samping foto dirinya di atas mimbar ketika khutbah Idul
Adha yang tergantung di dinding rumah di waktu kecilku, kugantung juga fotoku lagi
berkhutbah saat aku remaja di samping fotonya.
Aku didukungnya untuk mengikuti test
di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam di Solo. Beliau dengan sabar menungguiku selama proses ujian
masuk. Ternyata Allah mengizinkan aku diterima sempurna. Tiga tahun aku belajar
mandiri di pondok Assalam tanpa bimbingan daddyku lagi. Ternyata aku bisa dan
harus bisa. Rasa tidak percaya diri yang dulu menghantuiku kini dengan malu-malu meninggalkan pribadiku. Dengan modal ijazah Assalam dan percaya diriku, serta izin Allah, aku berhasil menembus pintu Universitas al-Azhar yang sangat
terkenal di seluruh penjuru dunia.
Rasa bangga jadi mahasiswa Universitas
Islam terkenal di dunia memang tidak bisa ditutup-tutupi terlihat dari wajahku
yang ceria ketika melangkahkan kaki pertama kali di kampus al-Azhar. Namun aku
tetap beristighfar karena terlalu bangga bisa meremukkan aqidah. Alhamdulillah
dengan izin Allah setelah melalui lika-liku jalan yang ditempuh, aku berhasil
menyelesaikan studiku dengan menyandang gelar LC alias License. Walaupun aku
ber-IQ jongkok, berkat kerja keras dan kehendak Allah aku bisa membuktikan
kebenaran motto daddyku.
Daddyku pernah curhat dengan mamaku, anak
kita yang paling bungsu paling berwibawa dari semua anak kita dan paling
berbakat untuk bicara dan menulis. Aku kembali ke Indonesia bergabung dengan
Alumni al-Azhar di ibu kota. Sempat juga aku menulis di kolom HIKMAH di harian
Republika berjudul INSYAALLAH. Dadyku memintaku untuk melanjutkan studi sarjana
dua, jurusan Islamic Banking & Finance di Universitas Indonesia. Karena menurut beliau, perbankan Syariah telah merambah
ekonomi dunia dengan gagalnya sistem bank konvensional.
Menjelang akhir studi aku melamar pekerjaan dan
diterima sebagai karyawan di Bank Muamalat Jakarta. Dalam beberapa bulan saja
aku dipercaya sebagai manager pemasaran. Walaupun jabatanku sebagai manager, dadyku terus mendukung sedikit untuk dana bulanan karena honorku belum cukup untuk hidupku di Jakarta, yang menuntut living cost yang lumayan tinggi. Namun begitu, aku berniat untuk segera hidup mandiri secara total, karena aku sadar bahwa dadyku semakin menua, tidak seproduktif seperti ketika aku masih
kuliah dulu.
Allah membuka jalan buatku lewat informasi
dibutuhkan calon sekretaris pribadi duta besar Indonesia untuk Tunisia. Karena aku menguasai bahasa Arab dan
Inggris untuk komunikasi dan alumni al-Azhar yang banyak tahu tentang Tunisia aku langsung
diterima dengan honor jauh di atas harapanku. Alhamdulillah bukan hanya cukup untuk
kebutuhanku bahkan aku mampu mengirim uang bulanan buat mamaku sayang. Aku juga bahagia karena di samping tugas rutinku aku
masih sempat mengisi tausiah buat ibu-ibu Darmawanita Kedutaan Indonesia di Tunis
sehingga ilmu Islamku tidak musfroh.
Ada satu hal yang tetap mengganjal
di hatiku perjanjian tidak boleh menikah sampai kontrak selesai selama tiga tahun. Aku teringat Rasul mengingatkan si Ukaf
pemuda ganteng dan kaya tidak ingin menikah di usia menjelang petang bahwa sehina-hina manusia
adalah mati dalam kondisi membujang. Kiranya Allah Maha Mengetahui apa yang
bersarang dalam benakku dibukakannya aku jalan lewat cara tak terduga yang biasanya
diberikannya hanya untuk mereka yang bertakwa. Allah mengerakkan hati pak Dubes untuk
curhat denganku. Pak Dubes baru tahu umurku sudah 33 tahun
dimintanya aku untuk segera menikah karena dia tergolong pendukung sunnah Rasulullah. Bagaikan dapat durian runtuh, pucuk dicinta
ulampun tiba, hatiku berbinar binar. Alhamdulillah aku akan terlepas dari gerombolan si Ukaf.
Kesempatan ini kumanfaatkan seoptimal
mungkin untuk mewujudkan nasihat Rasul yang kucintai. Diluar dugaaan ditengah meraba raba siapa
yang bakal jadi permaisuriku, tidak lama kemudian aku tersentak mengingat sahabat
karibku mantan siswa Assalam apakah adik perempuannya yang alumni al-Azhar masih sendiri. Lewat
facebook kuhubungi sahabatku tgl 23 juni 2013 jam 14.29. Ia menjawab bahwa adiknya itu masih single dan sedang
menempuh program S3 di Universitas Islam Antarbangsa di Kuala Lumpur Malaysia. Aku minta izin darinya untuk menghubungi adiknya langsung via facebook dan Allah mempertemukan hati kami.
Inilah barangkali takdir sejati dimana
Allah tidak merubahnya lagi ataukah takdir baru yang sudah diubah Allah. Ah tak usah berdebat soal
takdir sebab itu di luar jangkauan akal kita. Tetapi aku telah ber'azam aku akan
menerimanya dengan syarat mama dan daddyku merestuinya. Setelah mama dan daddyku merestuinya, aku
berkonsultasi dengan pak Dubes merancang izin cuti untuk mengatur hari dan tanggal aqad nikah
dan walimatus urush.
Bertepatan dengan tanggal kelahiran calon
permaisuriku disepakati acara aqad nikah yang sakral. Pada malam Jum'at keramat penuh
berkah kami dibai'at menjadi suami istri yang sah disaksikan oleh kakak iparku di hadapan mama daddy dan
ibu mertuaku serta kedua kubu keluarga kami. Dengan mahar hafalan surat an-Nur ayat
1-35 dan coin emas dinar seberat 8,5 gram sempurnalah syarat aqad nikah yang kami impikan
sebelumnya. Suatu mitsaqon gholizan untuk melaksanakan
kewajiban memenuhi hak istriku baik lahir dan batin yang akan kupertanggung jawabkan kepada
Allah di hari kiamat kelak.
Tausiah daddyku berjudul "Bingkisan Rasulullah
via Abi dan Ummi untuk Albi dan Wiwin" cukup mengharukan dan menyadarkanku
bahwa begitu aqad nikah berlangsung gugurlah hak dan kewajiban orang tua
terhadap anak perempuannya beralih menjadi tanggung jawab penuh diriku baik urusan
dunia maupun akhirat. Ia juga menekankan bahwa status mertua sama dengan orang tua kandungku dan
menjadi tanggung jawab dan kewajibanku untuk merawat mereka
sampai akhir hayat dikandung badan.
Kehadiran kedua kakakku dari Australia
memberikan dukungan moril bagi dunia baruku. Oh, terima kasih kakakku dan keponakanku
sayang. Malam khataman esoknya sangat mengesankan mulai kedua mempelai
sampai daddy, mama, mertuaku, kakak kandung dan iparku
bergiliran membacakan masing masing satu surat pendek al Quran sebagai hadiah paling
istimewa buat kami berdua. Keesokan hari ba'da Zuhur digelar
walimatul 'ursy diselingi adat Melayu dari pihak istriku dan adat Tapanuli Selatan negeri asal daddyku
menambah meriah suasana hari Sabtu.
Namun hari Minggu, kesepian mulai melanda
mertuaku dengan isakan tangis dan derai air mata membasahi kedua
pipinya dengan adegan pelukan mesra antara ibu dan putri belahan jiwanya
karena sesaat lagi akan diboyong lelaki pujaan putrinyanya ke negeri
seberang. Diawali penerbangan kami ke Kuala Lumpur
disusul kakakku terbang ke Sidney dan kedua orang tuaku ke Semarang menambah kesepian
yang mendalam bagi keluarga istriku.
Dari Kuala Lumpur, kami berbulan madu satu
malam di Gombak Selangor, istana istriku selama studi di
Malaysia. Setelah menikmati malam pengantin kami yang terakhir, dengan berat hati kami berpisah esok
harinya karena aku bertugas kembali ke markasku di Tunis sementara bidadariku tersayang harus
menjalani program studi S3 di UIA. Dengan lambaian tangan dan senyum berurai
air mata dilepaskannya diriku dibandara terminal LCCT, Kuala Lumpur International Airport, sampai pesawatku lenyap dari
pandangannya. Ya Allah ya Tuhanku lindunglah
bidadariku. Kuatkanlah imannya dan semangatnya mencapai cita citanya dan kurniakanlah kami anak
qurrata a'yunun yanfa'u linnas. Amiin.
Setiba di Tunis aku teringat pesan daddyku, jangan
lupa menyelesaikan sarjana duamu cuma selangkah lagi, eman eman toh dek.
*Ditulis oleh: ALS
Semarang 9 Desember 2013
Kisah yang sangat inspiratif. Semoga bisa jadi pemicu bagi kita yg membacanya agar terus mengasah diri dan kemampuan. Allah menciptakan tiap manusia dg bakat yg berbeda-beda tgl bgmn kita mengolahnya shg menjadi sesuatu yg bernilai dan bermanfaat.
ReplyDeleteKisah yang heroik dan sempurna...sangat menyentuh hati & sanubari....this is a true story. Thank you very much indeed my "idol hero" Daddy and my "life inspiration" Mama. And also my sisters and brothers,,,especially Uni Lita that waited for me @kintelan kindergarten,,,so that I wasn't crying coz my sister taking care me well :-) Jazakumullahu khairan jaziilan.
ReplyDeletemantaap dady....di tunggu kedatangan dady ke pekanbaru lagi pas acara wanda...hehe
ReplyDeleteJodoh itu bagian dari rezeki... Maka bagi mereka yg bertakwa dan percaya pada-NYA, Fayarzuqhu min haytsu laa yahtasib.... Dari arah yang tidak disangka-sangka.... :)
ReplyDeleteCeritanya mengharu biru daddy..jazakillah khair daddy for story.
ReplyDeleteAs a sister I am so proud of you Adek. Adek also a lecturer in STEI Tazkia for many years. He is speaking Arabic and English fluently. He contributed several islamic articles for MQ web milik Aa Gym as well as Al Hijrah Magazine Sydney.