Monday, December 9, 2013

SEMALAM DI SELANGOR


Pertama kali aku menangis dikolong langit ini, wujud kesedihanku yang mendalam karena mamaku hampir meregang nyawa saat proses melahirkanku. Kenapa aku tega melukai jalan lahirku sendiri, sama sekali aku tidak mengerti. Kabarnya antibiotika yang diberikan daddyku untuk mencegah infeksi memicu urtikaria seluruh tubuh mamaku diikuti dropnya tekanan darahnya mengancam jiwanya. Dengan ambulans putih membawa mamaku kerumah sakit insya Allah mamaku bisa diselamatkan. Terlalu banyak ranjau dilalui dalam perjalanan hidup mamaku yang hampir merenggut nyawanya sampai menjelang penantian malaikat maut benar benar menjemputnya.

Oh mamaku sayang apa yang pantas kuberikan buatmu di usiamu yang renta ini. Tidak mungkin aku membalas jasamu meskipun kupasrahkan seluruh isi bumi dan langit untukmu. Ampunilah anak bungsumu ini karena selalu meresahkanmu, tidak mungkin Allah ridha kepadaku sepanjang engkau tidak ridha kepadaku. Aku bersumpah tidak akan menikah sampai wanita yang engkau restui hadir kehadapanku. Ya Allah kumpulkanlah kami anak anaknya bersama kedua orang tua kami di jannatun na"im.

Sebagai anak bungsu aku sangat dimanjakan kedua orang tuaku sehingga rasa tidak percaya diri cukup menghantuiku membuat mamaku dan kakakku terpaksa menunggui aku selama di TK. Aku akui bahwa aku tidak secerdas kakak-kakakku untunglah daddyku selalu mendampingiku sewaktu belajar di rumah sehingga aku bisa mulus menyelesaikan studiku sampai SMP. Daddy ku bahagia melihat semangat belajarku walaupun dengan IQ pas-pasan. Walaupun daddyku kadang kadang agak keras namun tidak meluruhkan nyaliku. Dorongan semangat dari daddyku bahwa kesuksesan seseorang bukan karena IQnya yang tinggi tetapi semangat dan kerja keras serta percaya diri bahwa dia harus bisa. 
Napoleon pernah berkata: "Tidak bisa adalah salah satu kata dalam kamus orang gila." 

Lihatlah Thomas Alpha Edidon rapornya biasa-biasa saja tetapi penemuannya membuat terang benderang jagat raya ini. Memang daddyku adalah idolaku kemana dia menyetir mobilnya aku selalu di sisinya. Aku tidak pernah meminta apapun walau aku ingin tetapi dia selalu tahu isi hatiku. Aku sangat mengaguminya terutama ketika berdakwah dengan gaya bicaranya yang khas. Di samping foto dirinya di atas mimbar ketika khutbah Idul Adha yang tergantung di dinding rumah di waktu kecilku, kugantung juga fotoku lagi berkhutbah saat aku remaja di samping fotonya.

Aku didukungnya untuk mengikuti test di Pondok Pesantren Modern Islam Assalam di Solo. Beliau dengan sabar menungguiku selama proses ujian masuk. Ternyata Allah mengizinkan aku diterima sempurna. Tiga tahun aku belajar mandiri di pondok Assalam tanpa bimbingan daddyku lagi. Ternyata aku bisa dan harus bisa. Rasa tidak percaya diri yang dulu menghantuiku kini dengan malu-malu meninggalkan pribadiku. Dengan modal ijazah Assalam dan percaya diriku, serta  izin Allah, aku berhasil menembus pintu Universitas al-Azhar yang sangat terkenal di seluruh penjuru dunia.

Rasa bangga jadi mahasiswa Universitas Islam terkenal di dunia memang tidak bisa ditutup-tutupi terlihat dari wajahku yang ceria ketika melangkahkan kaki pertama kali di kampus al-Azhar. Namun aku tetap beristighfar karena terlalu bangga bisa meremukkan aqidah. Alhamdulillah dengan izin Allah setelah melalui lika-liku jalan yang ditempuh, aku berhasil menyelesaikan studiku dengan menyandang gelar LC alias License. Walaupun aku ber-IQ jongkok, berkat kerja keras dan kehendak Allah aku bisa membuktikan kebenaran motto daddyku.

Daddyku pernah curhat dengan mamaku, anak kita yang paling bungsu paling berwibawa dari semua anak kita dan paling berbakat untuk bicara dan menulis. Aku kembali ke Indonesia bergabung dengan Alumni al-Azhar di ibu kota. Sempat juga aku menulis di kolom HIKMAH di harian Republika berjudul INSYAALLAH. Dadyku memintaku untuk melanjutkan studi sarjana dua, jurusan Islamic Banking & Finance di Universitas Indonesia. Karena menurut beliau, perbankan Syariah telah merambah ekonomi dunia dengan gagalnya sistem bank konvensional. 

Menjelang akhir studi aku melamar pekerjaan dan diterima sebagai karyawan di Bank Muamalat Jakarta. Dalam beberapa bulan saja aku dipercaya sebagai manager pemasaran. Walaupun jabatanku sebagai manager, dadyku terus mendukung sedikit untuk dana bulanan karena honorku belum cukup untuk hidupku di Jakarta, yang menuntut living cost yang lumayan tinggi. Namun begitu, aku berniat untuk segera hidup mandiri secara total, karena aku sadar bahwa dadyku semakin menua, tidak seproduktif seperti ketika aku masih kuliah dulu.

Allah membuka jalan buatku lewat informasi dibutuhkan calon sekretaris pribadi duta besar Indonesia untuk Tunisia. Karena aku menguasai bahasa Arab dan Inggris untuk komunikasi dan alumni al-Azhar yang banyak tahu tentang Tunisia aku langsung diterima dengan honor jauh di atas harapanku. Alhamdulillah bukan hanya cukup untuk kebutuhanku bahkan aku mampu mengirim uang bulanan buat mamaku sayang. Aku  juga bahagia karena di samping tugas rutinku aku masih sempat mengisi tausiah buat ibu-ibu Darmawanita Kedutaan Indonesia di Tunis sehingga ilmu Islamku tidak musfroh. 

Ada satu hal yang tetap mengganjal di hatiku perjanjian tidak  boleh menikah sampai kontrak selesai selama tiga tahun. Aku teringat Rasul mengingatkan si Ukaf pemuda ganteng dan kaya tidak ingin menikah di usia menjelang petang bahwa sehina-hina manusia adalah mati dalam kondisi membujang. Kiranya Allah Maha Mengetahui apa yang bersarang dalam benakku dibukakannya aku jalan lewat cara tak terduga yang biasanya diberikannya hanya untuk mereka yang bertakwa. Allah mengerakkan hati pak Dubes untuk curhat denganku. Pak Dubes baru tahu umurku sudah 33 tahun dimintanya aku untuk segera menikah karena dia tergolong pendukung sunnah Rasulullah. Bagaikan dapat durian runtuh, pucuk dicinta ulampun tiba, hatiku berbinar binar. Alhamdulillah aku akan terlepas dari gerombolan si Ukaf.

Kesempatan ini kumanfaatkan seoptimal mungkin untuk mewujudkan nasihat Rasul yang kucintai. Diluar dugaaan ditengah meraba raba siapa yang bakal jadi permaisuriku, tidak lama kemudian aku tersentak  mengingat sahabat karibku mantan siswa Assalam apakah adik  perempuannya yang alumni al-Azhar masih sendiri. Lewat facebook kuhubungi sahabatku tgl 23 juni 2013 jam 14.29. Ia menjawab bahwa adiknya itu masih single dan sedang menempuh  program S3 di Universitas Islam Antarbangsa di Kuala Lumpur Malaysia. Aku minta izin darinya untuk menghubungi adiknya langsung via facebook dan Allah mempertemukan hati kami.

Inilah barangkali takdir sejati dimana Allah tidak merubahnya lagi ataukah takdir baru yang sudah diubah Allah. Ah tak usah berdebat soal takdir sebab itu di luar jangkauan akal kita. Tetapi aku telah ber'azam aku akan menerimanya dengan syarat mama dan daddyku merestuinya. Setelah mama dan daddyku merestuinya, aku berkonsultasi dengan pak Dubes merancang izin cuti untuk mengatur hari dan tanggal aqad nikah dan walimatus urush. 

Bertepatan dengan tanggal kelahiran calon permaisuriku disepakati acara aqad nikah yang sakral. Pada malam Jum'at keramat penuh berkah kami dibai'at menjadi suami istri yang sah disaksikan oleh kakak iparku di hadapan mama daddy dan ibu mertuaku serta kedua kubu keluarga kami. Dengan mahar hafalan surat an-Nur ayat 1-35 dan coin emas dinar seberat 8,5 gram sempurnalah syarat aqad nikah yang kami impikan sebelumnya. Suatu mitsaqon gholizan untuk melaksanakan kewajiban memenuhi hak istriku baik lahir dan batin yang akan kupertanggung jawabkan kepada Allah di hari kiamat kelak.

Tausiah daddyku berjudul "Bingkisan Rasulullah  via Abi dan Ummi untuk Albi dan Wiwin" cukup mengharukan dan menyadarkanku bahwa begitu aqad nikah berlangsung gugurlah hak dan kewajiban orang tua terhadap anak perempuannya beralih menjadi tanggung jawab penuh diriku baik urusan dunia maupun akhirat. Ia juga menekankan bahwa status mertua sama dengan orang tua kandungku dan menjadi tanggung jawab dan kewajibanku untuk merawat mereka sampai akhir hayat dikandung badan.

Kehadiran kedua kakakku dari Australia memberikan dukungan moril bagi dunia baruku. Oh, terima kasih kakakku dan keponakanku sayang. Malam khataman esoknya sangat mengesankan mulai kedua mempelai sampai daddy, mama, mertuaku, kakak kandung dan iparku bergiliran membacakan masing masing satu surat pendek al Quran sebagai hadiah paling istimewa buat kami berdua. Keesokan hari ba'da Zuhur digelar walimatul 'ursy diselingi adat Melayu dari pihak istriku dan adat Tapanuli Selatan negeri asal daddyku menambah meriah suasana hari Sabtu. 

Namun hari Minggu, kesepian mulai melanda mertuaku  dengan isakan tangis dan derai air mata membasahi kedua pipinya dengan adegan pelukan mesra antara ibu dan putri belahan jiwanya karena sesaat lagi akan diboyong lelaki pujaan putrinyanya ke negeri seberang. Diawali penerbangan kami ke Kuala Lumpur disusul kakakku terbang ke Sidney dan kedua orang tuaku ke Semarang menambah kesepian yang mendalam bagi keluarga istriku.

Dari Kuala Lumpur, kami berbulan madu satu malam di Gombak Selangor, istana istriku selama studi di Malaysia. Setelah menikmati malam pengantin kami yang terakhir, dengan berat hati kami berpisah esok harinya karena aku bertugas kembali ke markasku di Tunis sementara bidadariku tersayang harus menjalani program studi S3 di UIA. Dengan lambaian tangan dan senyum berurai air mata dilepaskannya diriku dibandara terminal LCCT, Kuala Lumpur International Airport, sampai pesawatku lenyap dari pandangannya. Ya Allah ya Tuhanku lindunglah bidadariku. Kuatkanlah imannya dan semangatnya mencapai cita citanya dan kurniakanlah kami anak qurrata a'yunun yanfa'u linnas. Amiin.

Setiba di Tunis aku teringat pesan daddyku, jangan lupa menyelesaikan sarjana duamu cuma selangkah lagi, eman eman toh dek.


*Ditulis oleh: ALS 
 Semarang 9 Desember 2013

5 comments:

  1. Kisah yang sangat inspiratif. Semoga bisa jadi pemicu bagi kita yg membacanya agar terus mengasah diri dan kemampuan. Allah menciptakan tiap manusia dg bakat yg berbeda-beda tgl bgmn kita mengolahnya shg menjadi sesuatu yg bernilai dan bermanfaat.

    ReplyDelete
  2. Kisah yang heroik dan sempurna...sangat menyentuh hati & sanubari....this is a true story. Thank you very much indeed my "idol hero" Daddy and my "life inspiration" Mama. And also my sisters and brothers,,,especially Uni Lita that waited for me @kintelan kindergarten,,,so that I wasn't crying coz my sister taking care me well :-) Jazakumullahu khairan jaziilan.

    ReplyDelete
  3. mantaap dady....di tunggu kedatangan dady ke pekanbaru lagi pas acara wanda...hehe

    ReplyDelete
  4. Jodoh itu bagian dari rezeki... Maka bagi mereka yg bertakwa dan percaya pada-NYA, Fayarzuqhu min haytsu laa yahtasib.... Dari arah yang tidak disangka-sangka.... :)

    ReplyDelete
  5. Ceritanya mengharu biru daddy..jazakillah khair daddy for story.

    As a sister I am so proud of you Adek. Adek also a lecturer in STEI Tazkia for many years. He is speaking Arabic and English fluently. He contributed several islamic articles for MQ web milik Aa Gym as well as Al Hijrah Magazine Sydney.

    ReplyDelete